Tertawa dan Menangis itu Sama-sama Sehat

Tertawa dan Menangis itu Sama-sama Sehat

Tertawa dan menangis itu bagian dari spektrum emosi yang meliputi kesedihan, kegembiraan, kekagetan, ketakutan, cinta kasih, kebencian dan kemarahan. Ekspresi diri tidak hanya berwujud gerakan, tetapi juga berupa berbagai reaksi emosional yang bermacam-macam itu. Emosi tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tetapi tertawa dan menangis keduanya sama-sama bermanfaat bagi kesehatan.

Tertawa dan Menangis

Tidak hanya manusia, hewan pun bisa menunjukkan perasaan gembira dan sedih dengan berbagai kegiatan dari gerakan.  Anjing, misalnya, jika gembira, ekornya ke atas dan bergoyang-goyang atau kegiatan otot-ototnya meningkat. Tetapi hewan tidak bisa tertawa dan menangis.

Mengapa Kita Tertawa

Tertawa itu pada dasarnya sehat kalau dilakukan oleh orang-orang yang normal. Tetapi kalau tawa itu dicetuskan oleh seseorang yang mengalami gangguan jiwa, dengan sendirinya tidak sehat, karena tawa itu untuk bereaksi terhadap halusinasi akan perasaan yang tidak-tidak.

Dalam keseharian ada orang yang mudah tertawa, namun ada juga yang tidak.  Misalnya, dalam menonton lawakan.  Ada dua hal penyebabnya. Pertama mungkin orang sudah mengetahui materi gurauannya sehingga dia tidak menghadapi keadaan krisis yang bisa mencetuskan tawa.  Kedua, orang melihatnya tidak dari sudut kejenakaan, tetapi dari sesuatu yang diinterpretasikannya sebagai hal yang tidak lucu atau biasa saja.

Pada orang normal tertawa itu sebetulnya suatu reaksi terhadap keadaan krisis, berupa suatu perubahan yang tidak terduga. Kondisi itu bisa tercetus dalam keadaan yang mengagetkan, menyenangkan atau menyedihkan. Krisis itulah yang membuat orang bisa tertawa.

Kongkretnya, kalau Anda sedang serius mendengarkan sesuatu, tahu-tahu hasilnya tidak sesuai dengan apa yang anda duga. Anda bisa tertawa terbahak-bahak Kalau Anda merencanakan sesuatu yang baik, tapi suatu saat gagal, Anda bisa menangis.

Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, “diatur” oleh pusat emosi didalam struktur otak yang dinamakan sistem limbik (limbic system). Sistem yang juga berhubungan dengan aspek-aspek tingkah laku tertentu ini bentuknya seperti lingkaran sehingga oleh seorang ahli bernama Papez dinamai lingkaran bergema.

Papez menemukan hal ini karena ketika intinya dirusak orang yang bersangkutan menunjukkan suatu emosi yang tidak tepat atau kacau. Artinya secara tidak sengaja orang ini bisa mudah marah, tetapi gampang pula tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu.

Itu karena lingkaran yang juga merupakan pusat emosi manusia itu terputus. Kalau salah satu bagian dari lingkaran ini rusak, memori orang itu juga akan hilang. Itu juga yang terjadi pada orang pikun, karena salah satu bagian lingkaran ini rusak.

Sembuh berkat Tertawa

Dampak tertawa ini bahkan pernah bikin geger dunia kedokteran. Norman Causins, seorang redaktur Saturday Review di AS, menderita penyakit aneh dan langka. Penderita penyakit ini bakal tersiksa dan merasakan sakit yang luar biasa meskipun hanya menggerakkan sedikit bagian tubuhnya.  Menurut dokter, kesembuhan bagi Norman sangat kecil, 1:500.

Berbagai obat sudah dicoba, tetapi kesehatannya tak kunjung membaik. Suatu ketika Norman terilhami sebuah kalimat yang dulu ditulis oleh seorang raja yang hidup sekitar 2000 tahun lalu, “Hati yang puas, obat yang sangat ampuh”.

Atas persetujuan dr. William Hitzig yang merawatnya, Norman menggantikan semua obat yang diminumnya dengan banyak tertawa plus mengkonsumsi vitamin C. Berbagai film komedi dia tonton, sehingga ia bisa tertawa terbahak-bahak. Pada hari kedelapan setelah menjalani terapi tersebut ia sudah bisa menggerakkan jempolnya tanpa rasa sakit. Juga tertawa selama 10 menit bisa membuat dia tidur pulas selama 2 jam. Akhirnya, penyakitnya berangsur sembuh, kemudian hilang sama sekali.  Pengalamannya itu kemudian dibukukan dalam An Anatomy of Illness.

Dr. Lee Berk, seorang imonolog dari Loma Linda University di Kalifornia, AS, pernah bilang, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu efinetrin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit.  Dalam riset lain dr. Rosemary Cogan dari Texas Tech University menemukan bukti bahwa rasa nyeri atau sakit akan berkurang setelah tertawa. Tidak itu saja, kekebalan tubuh pun bisa meningkat.

Melatih Organ-Organ Tubuh

Untuk mencari bukti yang lebih kuat dan akurat tentang manfaat tertawa bagi kesehatan, dr. Cogan melakukan studi eksperimental terhadap dua kelompok mahasiswa. Kelompok pertama mendengarkan kaset lawak dan kelompok kedua mendengarkan kaset kuliah matematika atau kelompok yang sama sekali tidak mendengarkan apa-apa.  Terhadap para “kelinci percobaan” itu sebelum dan sesudahnya dilakukan uji kepekaan terhadap rasa sakit. Ternyata mereka yang mendengarkan kaset lawak memperlihatkan peningkatan kemampuan dalam menahan rasa sakit.

Sementara itu dr. William Foy dari Universitas Stanford bilang, tertawa terbahak-bahak amat bermanfaat bagi orang sehat. Hasil penelitiannya menunjukkan, tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyangkan otot perut, dada, bahu, serta pernapasan, sehingga membuat tubuh seakan-akan sedang jogging di tempat. Sesudah tertawa demikian tubuh terasa rileks dan tenang, sama seperti orang habis berolahraga.

Tertawa juga akan melatih diafragma otak, jantung, paru-paru, perut, dan membantu mengusir zat-zat asing dari saluran pernapasan. Disamping itu tertawa sangat ampuh untuk meringankan sakit kepala, sakit pinggang dan depresi.

Ihwal dampak tertawa dalam penyembuhan suatu penyakit, dr. William Frey, seorang pakar biokimia dan direktur Dry Eyes and Tears Research Center di Mineapolis, AS, menyatakan tertawa akan menggerakkan bagian dalam tubuh, mengaktifkan sistem endokrin sehingga mendorong penyembuhan suatu penyakit. Menurut hipotesisnya, tertawa akan merangsang otak untuk memproduksi hormon tertentu yang pada akhirnya akan memicu pelepasan endorfin (zat pembunuh rasa sakit) yang diproduksi oleh tubuh.

Penelitian Prof. Dr. Lucille Namehow, seorang pakar yang menangani proses penuaan dari Connecticut, AS, menyodorkan fakta bahwa tertawa bisa membantu mereka yang tua renta untuk tetap awet tua, sementara yang muda tetap awet muda, serta mempererat hubungan antara anggota keluarga.

Karena dianggap memberikan dampak positif, maka di AS kini banyak dokter yang menerapkan terapi tertawa dalam proses penyembuhan para pasien mereka.

Ini juga perlu dibaca Jangan Pernah Takut dengan Kegagalan

Sembuh berkat Menangis

Sementara itu dr. William Frey pernah mencoba melakukan penelitian terhadap “tetesan air mata”.  Penelitian yang dilakukan Frey dari jurusan psikiatri di Universitas Minnesota berlangsung 10 tahun lalu. Ia memasang iklan di koran kompas untuk menarik kalangan mahasiswa. Frey menawarkan AS $ 10 untuk mereka yang bersedia meneteskan air mata untuknya dengan cara memutarkan film-film sedih yang sangat sentimental.

“Ternyata dari sekian banyak film, hanya dua film berdasarkan kisah sejati yang sanggup menguras air mata kebanyakan penonton karena tersentuh perasaannya,” katanya.

Frey juga mengakui, terapi sebagian pasiennya dilakukan melalui tontonan film sedih. “Sebagian pasien saya sembuh setelah air mata sepuas-puasnya,” katanya.

Hasil penelitian Frey yang menarik adalah, pria sengaja menahan air matanya agar tampak perkasa dan jantan. “Sebenarnya, pria dan wanita tidak berbeda dalam pengalaman emosinya. Jadi pria juga bebas untuk menangis agar jiwanya tidak tertekan,” katanya.

Hal senada diungkapkan dr. W.M. Roan, “Itu hanya suatu social acceptability. Lelaki diajari tidak boleh menangis, dia harus tahan.  Kalau perempuan menangis itu biasa. Jadi itu ‘kan kultur saja. Padahal tidak begitu juga. Pria, karena sesuatu yang sulit, juga bisa menangis.  Dalam kondisi tertentu ia bisa menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

Meskipun dianggap baik, tertawa dan menangis sebenarnya masih bisa digolong-golongkan. Ada tawa dan tangis yang genuine (asli atau tulus), ada yang palsu, ada juga yang sekadar untuk basa-basi.  Jadi dalam hal ini menangis dan tertawa itu masing-masing bisa dibedakan secara nuansa: yang asli, naluriah, spontan, menuju ke yang tidak spontan, dibuat-buat, sampai yang palsu.  Jika dibuat gradasi, antara ujung yang satu dengan ujung yang lain itu berbeda banyak. Tapi yang ditengah-tengah itu susah membedakannya, sehingga kita bisa salah duga.

Namun ingat, “Kalau seseorang tertawa dan menangis pada proporsi yang benar, itu artinya sehat, tapi kalau terlalu banyak tertawa dan menangis, justru sebaliknya!”

Kepribadian: Tertawa dan Menangis itu Sama-sama Sehat

Anda telah membaca materi pembahasan singkat tentang "Tertawa dan Menangis itu Sama-sama Sehat" yang telah dipublikasikan oleh Santiaji. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Terima kasih.

Recommended For You

About the Author: Santiaji

Turut memberi informasi dan pengetahuan online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *